Menyikapi Realita Yang Tak Sesuai Rencana: Belajar Dari Pandemi COVID-19

Sudah 1 bulan sejak pertama kali Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama Covid-19 masuk ke Indonesia. Banyak hal berubah, salah satunya kehidupan social kita, yang tadinya bisa dengan bebas bertemu dengan siapapun sekarang harus dibatasin.

Tidak hanya itu mungkin banyak diantara kita yang sudah menyiapkan rencana dengan matang tetapi harus ditunda atau bahkan harus diganti dengan rencana lain karena adanya pandemic ini. Di notes ini Saya akan share apa yang Saya alami ketika apa yang sudah Saya rencanakan dari lama harus ikhlas berubah karena adanya pandemic ini.

Bulan Oktober 2019, Saya mulai menyiapkan pernikahan untuk tanggal 28 Maret 2020 dengan konsep jawa klasik, dengan tamu undangan 1000++, dan diadakan di sebuah Gedung. Meskipun itu bukan impian pernikahan Saya (impian pernikahan Saya melangsungkan pernikahan yang intimate, simple, dan di tempat terbuka) namun tetap Saya siapkan dengan sepenuh hati karena ini adalah momen sekali seumur hidup Saya.

Singkat cerita, sampai dengan awal maret 2020 apa yang sudah Saya siapkan mulai dari undangan, souvenir, baju, seragam, catering, dan hal lain yang berkaitan dengan acara berjalan mulus tanpa adanya kendala besar. Sampai saat nya kasus pertama Covid-19 diumumkan oleh Pak Presiden. Awalnya Saya masih sangat optimis tetap menjalankan acara sesuai dengan rencana awal. Bahkan di tanggal 17 Maret 2020, Saya dan keluarga sudah sempat melaksanakan Technical Meeting dan Final Fitting . semua sudah siap 90%. Di tanggal 18 Maret 2020, memantau berita soal Covid-19, semakin banyak korban yang kena. Keluarga sudah menyiapkan plan B, yaitu hanya melangsungkan akad saja, pesta nya ditunda. Respon Saya pada saat itu hanya nangis, apapun yang terjadi (tamu undangan sedikit atau banyak yang datang) Saya mau acara tetap berjalan, belum ikhlas apa yang sudah disiapkan tidak bisa terlaksana.

Lalu Saya berpikir ulang, apakah tidak terlalu egois jika Saya tetap memaksakan melangsungkan acara? Bagaimana jika setelah acara ada tamu undangan yg mengalami gejala Covid-19? Dan hal lain. Akhirnya, tanggal 19 malam, Saya mulai ikhlas untuk mengambil plan B yg sudah disiapkan oleh keluarga, langsung menginformasikan semua vendor, alhamdulillah tidak ada kendala. Setelah itu Kami pun belum tau akan melangsungkan akad dimana di KUA langsung atau di rumah, bingung, karena melihat aturan melaksanakan akad nikah pada saat Covid-19 di dalam ruangan maksimal 10 orang.

Di tanggal 21 Maret 2020, melihat perkembangan Covid-19 semakin cepat dan semakin banyak korbannya, situasi semakin tidak menentu, Akhirnya pihak keluarga memutuskan akad nikah dimajukan tanggal 25 Maret 2020, hari rabu, artinya kita hanya punya waktu 4 hari untuk menyiapkan segala nya. Alhamdulillah semua dimudahkan, mulai dari konfirmasi penghulu, dapat tempat terbuka yang luas (jadi kami bisa mengundang keluarga dan teman dekat), vendor dekorasi, vendor foto video, vendor rias, dan baju untuk akad. Semua selesai di tanggal 21 Maret 2020.

Tidak semua yang ada di dunia ini bisa berjalan sesuai dengan rencana atau keinginan kita. Tugas kita di dunia hanya perlu berusaha sekuat tenaga dan ikhlas dalam menjalankan segala ketetapan-Nya, dan pasti akan diganti oleh sesuatu yang lebih indah. Akhirnya, hari yang di tunggu-tunggu pun dateng, tanggal 25 maret 2020. Meskipun semuanya serba mendadak, tidak sesuai dengan rencana awal. Tapi pernikahan Kami jauh lebih indah, artistik, khidmat, dan tanpa disangka dengan adanya kejadian Covid-19, pernikahan impian Saya bisa terwujud.

 

 

 

 

 

 

 

Tidak mudah bagi Saya buat menerima segalanya, tapi Saya sangat bersyukur dengan semua yang Saya alami. Saya jadi tau, jika semua kita jalani dengan hati yang tulus ikhlas, Tuhan akan menggantikannya dengan sesuatu yang jauh lebih indah. Covid-19 ini memang banyak membuat segala sesuatu jadi tertunda, tapi jangan menyerah, tetap semangat dan tetap tenang, akan ada sesuatu yang lebih indah untukmu!

Salam

@ridawirantii

Leave a Reply

Your email address will not be published.